BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Minggu, 26 Desember 2010

Semester depan pasti lulus

Tema skripsi sudah ditentukan, setelah ini bakal siding, lanjut wisuda, dan siap melamar kerja ! eits, sebelum berangan-angan bakal ngantor di gedung bertingkat dan sepatu hak tinggi, focus menyelesaikan skripsi saja dulu…..

Tahu sendiri, deh, tidak sedikit hambatan yang muncul di sana-sini dalam pengerjaan skripsi yang buntutnya bikin kita malas dan patah semangat. Apalagi melihat senior yang tak kunjung lulus dan masih bebas ‘berkeliaran’ di kampus-bikin kita makin down ! kenali sejumlah halangan dan temukan solusinya biar skripsi berjalan mulus.

1. Dosenku Selebriti
Memang bukan arti yang sebenarnya, sih. Meski dosen kita bukanlah pemain sinetronatau penyanyi kondang, tetapi kesibukannya yang luar biasa bikin kita serasa wartawan yang kesulitan menemui seleb untuk konfirmasi gossip.

Kalau boleh mencari dosen pembimbing sendiri, mungkin dosen supersibuk ini sudah dicoret dari daftar kita. Berhubungan di beberapa jurusan pembagian dosen bukan jatah alias ditentukan oleh pihak kampus.

Solusi :
Mengantongi nomor ponselnya bukan jaminan kalau posisi kita sudah aman dan pasti bisa menemuinya. Catat juga nomor telepon rumah, e-mail, follow twitternya, jadi teman di Facebook-nya, sampai nomor ponsel isrti/suami/pasangannya. Maksudnya biar gampang ‘meneror’ kalau beliau berkelit terus untuk ketemuan, he he he….

Cari tahu pula jadwalnya mengejar di kampus kita (atau kampus lain atau di kantor lainnya). Usahakan ketika dia sedang beredar di kampus, kita pun nongkrong di sekitar ruang dosen atau jurusan. Setidaknya, begitu batang hidungnya mulai terlihat, bisa langsung kita ‘todong’ untuk membicarakan skripsi atau janji berikutnya.

Biasanya, nih, waktu si dosen seleb ini sangat terbatas. Selalu tunjukkan perkembangan skripsi kita kalau begitu ada waktu bertemu dengan dosen, sambil tanyakan langkah apa lagi yang bisa kita lakukan selanjutnya. Jangan sampai, pertemuan dengan dosen menjadi sia-sia karena kita sendiri tidak siap dengan materi skripsi.

2. Tema (terlalu) Idealis
Namanya juga tugas akhir, wajar jika kalau menginginkan sesuatu yang paling beda, unik, dan tiada tandingannya. Inilah masterpiece kita! Mmmm…punya idealism seperti itu, sih, boleh-boleh saja. Tetapi jika mencari bahan-bahannya karena referensinya sedikit, atau dosen pembimbingnya ternyata tidak begitu menguasai tema yang kita pilih? Wah, sama saja menyulitkan diri kita sendiri, tuh!

Solusi :
Oke, saatnya menurunkan standart kita dulu karena ada hal lain yang lebih penting untuk diperkirakan: keterbatasan waktu dan biaya. Jika kita ngotot mengerjakan skripsi yang terlalu beda yang berakibat kelulusan tertunda beberapa semester, biaya yang dikeluarkan juga semakin besar. Belum lagi risiko mendapat gelar MA alias Mahasiswa Abadi yang jauh dari membanggakan itu.

Lebih baik jika kita memilih tema yang umum, dengan banyak referensi, dan masih sesuai dengan minat kita. Ingat, perjalanan masih panjang. Selesai skripsi, kita masih mencari kerja, hal ini juga butuh proses, kan?. Toh, jika kita ingin menulis karya ilmiah yang lebih mendetail, masih ada waktu untuk mengerjakannya saat mengejar gelar master dan doktor.

3. Godaan Uang
Di kala SKS tinggal sedikit, rasanya sayang banget jika menipis tawaran magang yang berdatangan-ah, tinggal skripsi ini! Belajar bekerja lewat jalur magang nggak hanya memperkaya pengalaman, tetapi juga tabungan kita. Belum lagi banyaknya tanganan baru yang menyenangkan di dunia kerja, plus iming-iming bakal menjadi karyawan tetap, bikin kita lebih mengutamakan bekerja kantoran dan makin malas menyelesaikan skripsi.

Solusi :
Bisa jadi yang ada di pikiran kita sekarang adalah,”Belum lulus saja sudah bisa bekerja dan punya uang sendiri, jadi buat apa susah-susah menyelesaikan skripsi?” biarpun pendapatan ini nggak sepenuhnya salah, tetapi sebaiknya selesaikanlah apa yang sudah kita mulai. Berbekal ijazah di tangan, posisi tawar kita di dunia kerja bakal lebih tinggi. Tanpa ijazah sarjana, kita hanya diakui sebagai lulusan SMA, dengan standart gaji minim. Rugi, kan?

Jika masih ingin bekerja, atur jadwal sebaik mungkin agar kita tetap punya waktu dan tenaga untuk mengerjakan skripsi. Misalnya, pagi hingga makan siang kita bekerja, setelah itu kita pergi ke perpustakaan atau kampus untuk mencari bahan dan berdiskusi dengan dosen. Siapkan waktu minimal empat jam sehari untuk mengerjakan skripsi. Berhubungan status kita masih mahasiswa, nih, pastilah tugas utamanya menyelesaikan kuliah.



Sumber : majalah Cita Cinta No. 17/XI

0 komentar: